Sejumlah pengunjung berdiri di Adian Nalambok Toba memandang Desa Wisata Meat yang berada di bawah diapit dua bukit kembar. (foto:ss/nimrot) |
DUA TAHUN berlalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno meresmikan Adian Nalambok, di Jalan Lintas Sumatra, Desa Gurgur Aek Raja, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatra Utara. Namun sayang, kehadiran objek wisata ini belum memberikan berdampak signifikan bagi pelaku UMKM di Kawasan Danau Toba, khususnya Tampahan.
Peresmian tahun 2021 diharapkan dapat mendongkrak perekonomian, menjadi salah satu titik travel pattern karena tempat yang strategis, dapat dijadikan penitipan kerajinan UMKM juga promosi kuliner khas Toba untuk dinikmati, baik pelintas yang singgah dari arah Medan dan sebaliknya dari arah Sibolga.
Adian Nalambok dengan istilah yang diberikan Sandiaga 'Melihat Keindahan Danau Toba dari Sudut Sempit' memiliki potensi besar untuk promosikan produk khas Danau Toba, khususnya Toba, karena selalu disinggahi setiap pelintas, mengingat pemandangan dibawahnya sangat indah dan menantang.
Sambil menikmati segelas kopi, duduk di tepi jurang melihat pemandangan hamparan sawah dan sebagian kecil Danau Toba yang diapit dua tebing ditambah suara gemercik sungai yang berada dibawah tempat duduk menikmati seruput kopi.
Tetapi banyak yang tidak tahu hamparan sawah yang sering dilihat pengunjung adalah Desa Wisata Meat, dimana kehidupan masyarakat sejak tiga abad (300 tahun) dari pertanian dan penenun ulos tradisional yang masih digeluti masyarakatnya.
Yang menarik di Meat kita bisa melihat rumah khas Batak dengan ukiran - ukiran (gorga) yang menjadi budaya Batak mendirikan bangunan tempat tinggal yang dikelilingi hamparan sawah lebih kurang 300 hektare diapit dua bukit.
Kesannya ketika sudah di Desa Wisata Meat kita berada di sebuah daerah terpencil hanya bisa melihat bukit kembar mengapit hamparan sawah dan Danau, serasa dunia begitu sempit namun sangat sejuk, aman dan nyaman.
Salah seorang pengunjung dari Kota Medan, Pita mengaku sudah sering singgah di Adian Nalambok beristirahat menghilangkan penat sebelum melakukan perjalanan, duduk santai melihat kebawah dengan hamparan sawah dan air danau sangat menyejukkan hati bisa menghilangkan kepenatan.
"Saya tidak mengetahui hamparan sawah di bawah adalah Desa Wisata Meat yang sering dijadikan orang untuk berkemah, bahkan pernah menjadi ajang seribu tenda digelar di sana. Jika ada waktu saya dan keluarga akan berkunjung," ujar Pita, Minggu (3/12023).
M. Simanjuntak sebagai pengelola Adian Nalambok, lokasi yang dikelolanya sejak puluhan tahun sudah sangat dikenal setiap pelintas, sudah pasti akan singgah untuk menikmati pemandangan yang disediakan oleh alam, tetapi tidak setiap yang singgah melakukan pemesanan. "Ada yang sekedar duduk beberapa menit sampai berjam - jam tidak memesan apa - apa," sebutnya.
Melihat situasi tersebut, Pak Simanjuntak tidak berani mengambil resiko, menjadikan lokasinya menjadi rumah makan (restoran) menyajikan kuliner khas Batak takut tidak ada peminat. Untuk itu yang dijual hanya produk kemasan pabrik seperti minuman mineral botolan.
"Sudah pernah kita buka rumah makan khas Batak, kendalanya halal dan non halal bagi pembeli, ujungnya saya setop. Sampai saat ini setiap pengunjung membawa makanan sendiri, paling mereka pesat air meneral botolan, teh manis dan kopi, sementara untuk parkir dan kamar mandi (toilet) tidak dikenakan tarif," terang Pak Simanjuntak.
Lanjut dia, terkait produk UMKM sampai saat ini belum ada yang menitipkan kepada kita untuk dijajakan, jika ada yang menawarkan bisa saja untuk menambah variasi dagangan tetapi harus yang kemasan untuk kuliner yang bisa dinikmati seluruh lidah pengunjung dan bisa juga souvenir khas Batak. (Nimrot)